Thursday, March 27, 2008

Inilah Rimba Kita

Ternyata, dari yang awalnya hanya ngobrol ngalor-ngidul tanpa arah dan tujuan yang jelas bersama mantan teman satu kosan bisa menghasil kan sebuah topik yang cukup menggelitk. Entah mengapa dan bagaimana caranya, kami tiba-tiba sampai kepada topik Psikoanalisa yang dikemukakan oleh Sigmun Freud, seorang tokoh psikologi dari Jerman yang merupakan bapak dari terori psikoanalisa.

Teori itu mengemukakan bahwa manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu Id, yang merupakan aspek biologis, Ego (aspek psikologis) dan super ego (aspek sosiologis). Freud menyebutkan bahwa Id adalah sistem original yang ada dalam manusia dan kedua sistem yang lain muncul karena adanya Id ini. Id inilah yang sering dikatakan orang sebagai animal instinct yang tersisa dari manusia.

Teman gua itu berpendapat bahwa manusia sekarang ini hampir sebagian besar telah merelakan dirinya dikuasai oleh Id mereka dan secara tidak langsung telah berubah menjadi binatang. Homo Homini Lupus, manusia telah menjadi serigala bagi sesamanya. Super Ego yang berfungsi sebagai penentu benar atau tidak, pantas atau tidak, susila atau tidak dari sesuatu perbuatan dan tingkah laku manusia telah terupakan. Jangan tanya tentang Ego, yang merupakan jembatan penghubung dari Id dan Super Ego. Ego inilah yang bertugas untuk memilih jalan yang akan ditempuh, hal-hal apa saja dan dengan cara apa saja hal itu bisa tercapai. Inilah penyeimbang dari manusia, yang akhirnya membedakan manusia dengan binatang yang penuh dengan Id dan malaikat yang terdiri dari Super Ego. “Bila manusia telah melupakan Super Egonya, lalu bagaimana Ego bisa mengontrol manusia menjadi seimbang?” Begitu kira-kira pendapat teman saya. “Lalu, apa bedanya kita dengan binatang?” Lanjutnya.

Yah, gua enggak tahu kalo pendapat teman gua itu sudah sesuai dengan teks book yang tersedia. Bila pun ternyata tidak, rasanya tetap masuk akal. Kalian semua enggak usah tersinggung kalo gua menyetujui bahwa manusia kian hari berubah mendekati binatang. Coba kita lihat sekeliling kita dengan seksama, orang-orang saling membunuh, memperkosa, menipu demi untuk kepentingan masing-masing tanpa mempedulikan sekelilingnya.

Entah kenapa rasa malu yang hanya dimiliki oleh manusia pun semakin terkikis. Orang yang memukul orang lain bukannya menyesal malah bangga. Di majalah-majalah banyak wanita yang tanpa malu mengenakan pakaian yang minim, bahakan cenderung tidak memakai apa-apa, dan para pria, termasuk gua, dengan tidak kalah malunya membeli majalah tersebut dan beronani dengan nikmatnya. Seorang pacar dengan tanpa malunya berjalan di depan teman-teman pacarnya tanpa peduli bahwa teman-teman pacarnya itu tidak suka kepadanya karena dia hanya memanfaatkan sang pacar untuk kepuasan harta dan badannya saja. Hmm… Apakah sudah cukup contoh yang gua tulis daiatas tanpa ada rasa malu terhadap diri gua sendiri? Kalian bisa tambahkan sendiri, itu juga kalau kalian tidak malu.

Satu hal yang paling kelihatan, lingkungan kita sehari-hari telah berubah menjadi rimba dimana peraturan yang dipakai adalah Hukum Rimba, siapa yang paling kuat itulah yang akan bertahan. Survival of the fittest, begitu kata orang-orang yang memiliki presiden paling tidak tahu malu sedunia. Kekuatan di sini bukan hanya dari hal tenaga secara fisik doang, tapi dalam segala hal. Negara yang memiliki persenjataan paling kuat, itulah yang memiliki kuasa penuh untuk menentukan nasib manusia yang hidup diseluruh muka bumi. Ormas agama mana yang paling kuat massa yang medukungnya, itulah yang bisa menetukan mana yang dosa dan haram. Calon ketua RT yang memiliki uang paling banyak, dialah yang akan dapat membeli suara paling banyak. Siapa yang paling berkuasa, itulah yang berhak menentukan daerah mana yang akan digusur.

Lalu apa bedanya kita dengan bintang yang hidup di rimba belukar yang sekarang sudah jarang akibat digunduli oleh cukong-cukong berperut gendut dengan cerutu di tangannya dan harim-harim yang tersebar dimana-mana itu? Kalain masih mau bilang hati nurani lah yang membedakan kita dari binatang? Mungkin bagi kita masih tersisa sedikit hati nurani, lalu bagi mereka yang lain? Apakah kita berhak menilai mereka sebagai sejenis binatang?

Memang kita tidak bisa berbuat apa-apa terhadap itu semua. Kita ini apa sih dibandingkan dengan mereka? Mungkin hal yang paling mungkin gua pikirkan sekarang adalah apa yang harus gua katakan nantinya bila ada seekor anjing yang tiba-tiba menghampiri gua dan memprotes apa yang gua tulis sekarang dan dia menolak untuk disamakan dengan manusia-manusia tadi. Kalau misalnya itu terjadi, paling gua cuma bisa minta maaf dan mengkasiani manusia-manusia tadi karena mereka sudah tidak diakui sebagai manusia, eh…di kelompok binatang juga keberadaannya juga tidak dikehendaki. Well, sorry…

1 comment:

Anonymous said...

menurut gua, manusia ga begitu belakangan doang. sebenernya manusia memang begitu. kapanpun dan dimanapun

Find me when I'm Online

this is me...

Your results:
You are Green Lantern
Green Lantern
90%
Spider-Man
80%
Iron Man
75%
Hulk
70%
Catwoman
65%
The Flash
50%
Superman
45%
Batman
45%
Robin
40%
Wonder Woman
40%
Supergirl
40%
Hot-headed. You have strong
will power and a good imagination.
Click here to take the Superhero Personality Test